Majalah Online - Tahkrij Hadis adalah penelusuran hadis sampai pada sumber aslinya hal ini merupakan suatu bagian dari kegiatan penelitian hadis Ilmiyah seharusnya merujuk pada sumber primer secara langsung bukan pada sumber sekunder sumber primer itu seperti Sohih Bukhori Shohih muslim sunan tarmizi sunan abi Daud sunan Nasai sunan Ibuu majah Musnad Imam Ahmad Muatro Imam malik Mustadrok Imam Hakim dan sunan Kubro Imam Baihaqi. Adapun sumber sekunder seperti: Bullughul marani oleh Ibn. Hajar Al Askolani. Al azkar Imam Nawawi Fiqih mazhagul arbaah abd Rahman Al Jaziri Fiqih Sunnah oleh Sayyid Sabiq.
Ulama-ulama dahulu tidak memetingkan pada kaidah ilmu takhrij karena pengetahuan mereka pada hadis sangat luas dan hubungan mereka sumber asli sangat akrab dan kuat. Apabila mereka mau membuktikan kesahihan suatu hadis dengan spontan mereka bisa mencari dalam Kutub as-sittah bahkan di jilid beberapa terdapat hadis tersebut sehingga dengan Takhrij hadis mudahlah bagi mereka mengetahui hadis yang didengar sumber aslinya
- Topik yang akan di bahas dalam bagian ini adalah.
- Pengertian Takhrij.
- Sejarah Ilmu Takhrij.
- Kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij, dan.
- Cara mentakhrij hadis.
Pengertian Takhrij
Mahmud attahhan menjelaskan pengertian Takrij menurut bahasa sebagai “Berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu kata”. Tahkrij sering dikatakan dalam beberapa arti :
- Al-Istimbat (hal mengeluarkan)
- Al-Tadrib (hal melasih)
- At-taujih (hal memperhadapkan)[1]
Sedangkan tahkrij menurut istilah berbeda-beda menurut penuturan berbagai ulama. Abd. Yuhdi Abdul Qodir mendefenisikan takhrij sebagai “bahwa penulis menyebutkan hadis dengan sanad-sanadnya dalam kitab-kitabnya”. Ibrohim abd. Fattah Halibah mengutib pendapat Al Manawi tentang defenisi takhrij sebagai berikut:
Mengembalikan hadis-hadis ketempat asalnya yang ditulis oleh ulama-ulama hadis dalam kitab jawami’, sunan dan musnad .
Sementara Mahmud at-Tahhan memberi defenisi sebagai berikut:
Menunjukkan letak hadis pada sumber aslinya yang lengkap dengan sanad-sanadnya kemudian menjelaskan status atau kualitas hadis jika diperlukan .
Dari defenisi diatas dapat kita lihat bahwa takhrij itu adalah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya yaitu kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jika diperlukan menyebutkan kualitas hadis tersebut apakah sohih, Hasan atau doif.[1]
- Sejarah Ilmu Takhrij
Era di mana para ulama-ulama menguasai sumber asli hanya beberapa abad. Para ulama selanjutnya mulai menemui kesulitan untuk mengetahui sumber suatu hadis yang terdapat dalam Kitab Fiqih Tafsir dan Tarikh maka muncullah segolongan ulama yang mulai melakukan Takhrij hadis terhadap karya-karya ilmu tersebut dan menjelaskan kedudukan hadis itu apakah statusnya shohih. Hasan atau doif.
Di antara kitab-kitab takhrij yang pertama muncul adalah:
- Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Al-Ghoroib,
- Takhrij al-Fawaid al-Muntakhobah al-Shihah wa al-Ghoroib karya Abi Qosim al-Mahrowam dan
- kitab Takhrij Ahadits al-Muhazzab oleh Abu Ishak As Syirozi.
Kemudian pada masa selanjutnya, karya-karya dalam bidang ilmu takhrij hadis semakin meluas hingga mencapai puluhan. Sumbangan karya-karya tersebut tidak dapat dipungkiri sangat signifikan terhadap perkembangan ilmu-ilmu keIslaman lainnya.[2]
Mahmud at-Tahhan menyebutkan bahwa tidak diragukan lagi cabang ilmu takhrij ini sangat penting sekali bagi setiap ilmuan yang bergelut dibidang ilmu syariah khususnya bagi yang bergelut dibidang ilmu hadis dengan ilmu ini seseorang bisa memeriksa hadis ke sumber asalnya.[3]
Ismail Abd Wahid Makhluf dan Taufiq Ahmad Saliman menyebutkan tujuan ilmu takhrij sangatlah banyak, namun yang terpenting di antaranya.
Mengetahui sumber hadis dimana hadis tersebut didapati.
Untuk mengetahui status kualitas, apakah hadis itu shohih atau Hasan atau doif.[4]
M. Syuhudi Ismail menyebutkan sebab-sebab perlunya kegiatan takhrij hadis sebagai berikut:
- Untuk mengetahui asal usul riwayat hadis yang diteliti
- Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan di teliti.
- Untuk mengetahui ada atau tidak adanya Shahib dan Mutabi. Pada sanad yang diteliti.[5]
- Abd. Muhdi Abdul Qodir menyebutkan tujuan takhrij adalah mengetahui sumber asal hadis dan kualitas hadis tersebut apakah bisa diterima atau tidak.[6]
Sedangkan manfaat takhrij hadis banyak sekali diantaranya :
- Memperkenalkan Sumber-sumber hadis
- Menambah perbendaharaan sanat hadis melalui kitab-kitab yang ditunjukkan.
- Memperjelas keadaan-keadaan sanat sehingga dapat diketahui apakah hadis tersebut manqothi, mudhol atau lainnya.[2]
- Kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij
Seorang peneliti dalam melakukan takhrij hadis haruslah mempunyai kitab-kitab pedoman diantara kitab-kitab tersebut.
- Usul Takhrij oleh mahmud Attahhan.
- Hushul al-Tafrij oleh Ahmad Ibn. Muhammad Al Gharami.
- Turuq Takhrij oleh Abd Muhdi
- Methodologi Penelitian Hadi Nabi oleh Syuhudi Ismail[3]
Selain kitab-kitab diatas diperlukan juga bantuan kitab-kitab kamus mu’jam hadis dan mu’jam para perowi hadis diantara kitab-kitabnya :
- Al-Mu’jam al-Mufharos li Alfazi Ahadis al-Nabawi oleh A.J. Wensinck[7]
- Miftah Kunuz al-Sunnah oleh pengarang yang sama diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd Baqi.
- Mausu’ah Athraful Hadis an-Nabawi oleh Zaglul.
Disamping itu diperlukan juga kitab yang memuat biografi para sahabat diantaranya:
- Al-Istiab oleh Ibnu Abd Barr
- Usul al-Ghabah oleh Abd Atsir
- Al-Ishobah oleh Ibn Hajar al-Asqolani.
- Tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani.[8]
Kemudian juga diperlukan kitab Tabaqot yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi hadis. Seperti
- al-Jarh wa at-Ta’dil.[9]
- Cara dan metode mentakhrij hadis
Dalam melaksanakan takhrij ada lima cara yang dapat dijadikan pedoman yaitu:
- Takhrij menurut lafaz pertama matan hadis
- Takhrij menurut lafaz-lafaz yang terdapat dalam matan
- Takhrij menurut rawi pertama
- Takhrij menurut tema hadis
- Takhrij menurut status hadis
Takhrij menurut lafaz pertama matan hadis
Ketika kita menjumpai sepotong hadis yang mau diteliti kita harus mengetahui bagian awal dari bagian matan tersebut, penelusuran hadis dalam metode ini dilakukan melalui awal kata matan hadis, ini dapat dilakukan dengan bantuan sebagian kitab atrof yang disusun menurut urutan alfabet maka seorang peneliti harus disusun menurut urutatn alfabet maka seorang peneliti harus melihat huruf pertama pada kitab-kitab takhrij. Kitab-kitab yang membuat susunan seperti ini diantaranya.
- Mausu’ah Atraful Hadis oleh Zaglul
- Al-Jami’as-Shaghir oleh Imam as-Suyuti.
- Hidayatul Bari oleh at-Tahtawi
Metode ini mempunyai kelebihan dalam memberikan kemungkinan peneliti mencari hadis dengan cepat akan tetapi metode ini punya kelemahan ketika lafal pertama hadis tersebut adalah huruf seperti إذا. Dan sebagainya.[10]
Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadis
Metode ini mengambil lafaz hadis berdasarkan fi’il dan isim saja kalau sudah ditemui fi’il atau isim dalam hadis, maka fiil atau ism tersebut dicari di kamus-kamus hadis. Penyusun metode ini memusatkan pada lafaz-lafaz yang asing dan jarang penggunaannya .
Kelebihan metode ini :
Metode ini relatif cepat dalam pemcarian hadis.
Para penulis kamus-kamus hadis juga telah menuliskan di kitab apa hadis tersebut termua, hingga bab serta juz dan halamannya.
Dengan metode ini kata apa saja yang ditemui dalam potongan hadis akan dapat dicari hadis tersebut.Kelemahan Metode ini :
Pengguna metode ini harus punya kemampuan yang memadai dalam bahasa arab
Karangan yang terkenal dalam metode ini ialah al-Mu’jam al-Mufharas lil al-Fazil Hadis oleh A.J. Wensick.
Takhrij melalui parawi hadis pertama
Metode ini merupakan pencarian dengan menggunakan sahabat atau perawi pertama jika hadis tersebut sanadnya bersambung sampai pada nabi. Namun bila hadisnya mauquf maka harus ditentukan rawi pertama.langkah selanjutnya adalah mencari hadis-hadis yang tertera dibawah sahabat tersebut, namun apabila sahabat tersebut termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadis maka haruslah dicari rawi dan begitu selanjutnya.
Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
dalam menggunakan metode ini, peneliti harus mengetahui tema yang dibahas dalam hadis tersebut. Dalam menggunakan meggunakan metode ini, peneliti memerlukan pengetahuan tentang keIslaman secara umum dan kajian fiqih secara khusus. Dalam suatu hadis sering dijumpai beberapa tema, dalam hal ini seorang peneliti harus menetapkan pada tema apa hadis tersebut dicari.[4]
Diantara karya-karya yang disusun dengan metode ini ialah :
- Kanz al-Ummal oleh Muttaqi Al Hindi
- Miftah Kunuz al-Sunnah oleh A.J. Wensinck
- Nashb al-Rayah oleh al-Zaila’l
- Takhrij Berdasarkan Status hadis
Metode ini dapat dilaksanakan setelah peneliti mengetahui status suatu hadis seperti hadis Qudsi, hadis Masyhur, daif atau hadis mursal.
Keistimewaan metode ini adalah penelitian menjadi mudah bagi peneliti yang sudah terbiasa menggunakan kitab-kitab yang menyususn hadis berdasarkan satatusnya. Kelemahannya adalah tersangkut dengan sedikitnya fasilitas berupa buku-buku yang dapat dipergunakan untuk metode ini.
Karya-karya yang ditulis berdasarkan metode ini.
- Al-Azhar al-Mutanatsirah oleh Imam Suyuti
- Al-Ittihafat al-Saniyah oleh Maidani
- Silsilah Ahadis ad-Daifah wal Maudu’ah oleh Nasruddin albani
Ada perbedaan di kalangan ulama hadis dalam mendefenisikan Takhrij hadis, namun dapat disimpulkan bahwa takhrij hadis adalah menelusuri suatu hadis kesumber asalnya pada kitab-kitab Jami, sunan, dan musnad kemudian jika diperlukan menyebutkan kualitas hadis tersebut apakah sohih, Hasan atau doif.
Daftar Kepustakan
- Abdurrahman, Abu Muhammad b. Hatim, Kitab Jarh wa at-Ta’dil, juz 1. Beirut: Daar Kutub Ilmiyah, t.t.
- Asqolani, Ibnu Hajar, Tahdzib at-Tahdzib, juz. 1. Beirut: Daar Shadir, 1325.
- Qhair, Muhammad Abd Muhdi Abd, Turuq Takhrij Hadis Rasulullah SAW. Kairo: Darul I’tisom, t..th.
- Syirazi, Abu Ishaq, Tabaqat al-Fuqaha’. Baghdad: Maktabah Nu’man al-A’zhami, 1352.
- Syuhudi, Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
- Tahhan, Mahmud, Usul At-Takhrij Wadirasatul Asrid. Kairo: Maktabah al-Ma’arif lin nasr wat tauzi riadh, t.th.
- Wahid Ismail Abd dan Taufiq Ahmad Salim, Nazarat Fi Ilmi Takhrij. Beirut: t.p., 1988.
- Wahid, Ramli Abdul, Studi Ilmu Hadis. Bandung: Citapustaka Media, 2005.
- Wensick, A.J, al-Mu’jam al-Mufahras. Leiden: Breil, 1962.
- Yuslem, Nawir, Ulumul Hadits. Jakarta: Mutiara Sumber Widiya, 2001.
[1] Mahmud Al Tahhan, Usul At-Takhrij Wadirasatul Asrid (Kairo: Maktabah al-Ma’arif lin nasr wat tauzi riadh, t.th.), H. 7 – 8.
[2] Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Mutiara Sumber Widyah, 2001), h 395 -396 .
[3] Mahmud at-thahan, Usul Takhrij, h. 12.
[4] Ismail Abd Wahid dan Taufiq Ahmad Salim, Nazarat Fi Ilmi Takhrij (Beirut: t.p., 1988), h. 8.
[5] M. Syuhudi Ismail, Methodology Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang. 1992), h. 44.
[6] Muhammad Abd Muldi Abd Qhair, Turuq Takhrij . h. 11.
[7] A.J. Wensick, al-Mu’jam al-Mufahras (Leiden: Breil, 1962).
[8] Ibnu Hajar al-Asqolani, Tahdzib at-Tahdzib (Beirut: Daar Shadir, 1325).
[9] Abu Muhammad Abdurrahman b. Hatim, Kitab Jarh wa at-Ta’dil. (Beirut: Daar Kutub Ilmiyah, t.t.).
[10] Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis (Bandung: Citapustaka Media, 2005), h. 24
Posting Komentar
Posting Komentar