Untuk sekelas orang kota, nampak nya untuk
sampai kesini tidak lah muda, kampung yang secara geografis berada di paling
Timur pulau Sumatera ini memiliki hamparan pegunungan yang luas, tidak ada
listrik, dan untuk keperluan listrik warga kampung biasanya memanfaat irigasi
perairan untuk memasok keperluan listrik, itu pun hanya di balai kampung atau
yang biasa di sebut orang sini dengan sebutan Bajirangan. Bajirangan sendiri
adalah bangunan terbesar di sini, tempat perkumpulan adat, tempat berlangsung
nya acara-acara formal, tempat acara pernikahan, dan acara-acara penting lainnya.
Akan tetapi masih biasa oleh warga kampung sini untuk sekedar duduk - duduk
menonton acara - acara televisi, berita dari kota, dan lain sebagainya, dan
memang Bajirangan adalah satu - satunya bangunan yang memiliki fasilitas yang
cukup lengkap. Ntah, itu televisi, radio, dan alat – alat listrik lainnya,
telepon genggam atau HP hanya bisa berfungsi setelah teraliri listrik, itupun
hanya listrik. Yah, setidaknya sekedar menambah daya HP, untuk sinyal memang
belum tersedia disini. Mungkin untuk provider seperti Telkomsel dan lain
sebagainya tidak mengetahui bahwa disini belum tersedia tower pemancar sinyal
HP.
Pangimbaran adalah acara tahunan yang rutin di
adakan di sini, seluruh warga kampung akan berkumpul, dan dipandu iring-iringan
musik gamelan, beberapa penari juga menambah khidmat acara tersebut. Untuk
warga kampung yang memiliki jumlah panen terbesar akan mengorbankan sebahagian
hasil panen nya untuk orang - orang yang berhadir di sini. Singkat nya semacam
acara syukuran besar-besaran kepada sang pencipta atas rezeki yang diberikan.
Aku sebagai orang baru pun mendapat bagian dari hasil panen tersebut.
Posting Komentar
Posting Komentar